Thursday, October 20, 2022

Penentu Bagian 1

Lampiaskan amarah mu dalam puisi

Maki-maki diri mu dalam bait yang dahulu berarti

Mana yang salah, mana yang benar, siapa yang berhak menentukan?

Romansa hanyalah bualan

Tujuan hanya sebatas angan

Bunga dibatas mentari hanyalah ilusi


Siapa yang rela merekahkan bunga dari benih yang seharusnya mati?

Siapa yang tega mengobarkan api dari jiwa yang berkorban?


Tataplah diri mu dalam cermin itu, tuan.

Siapa yang membantu, tumbuh membaru?

Tugas mu sembuh, bukan menyembuhkan atau disembuhkan

Diri mu berganti dengan dia yang di cermin

Ia lebih pandai menyulam senyum, lebih pandai merangkai tawa


Kemungkinan adalah satu-satunya kepastian

Selayak pilihan kebencian dan percintaan

Mana yang kau pilih dan yakini, benar atau tidak, terserah

Tapi yang jelas, dari semua pilihan hanya menyisakan diri mu sendiri

Persetan dengan harapan, mau sampai kapan engkau bergantung diri pada hal yang mematahkan?


Dunia mu hanya milikmu

Hanya kau yang tahu

Bukan ia yang semu

 

Dari pilihan yang ada pada bait ke-empat

Dari perjalanan yang kau tempuh, kau tahu kesimpulannya kan?

"Kebencian adalah cara terbaik untuk melepaskan"


Luka dan duka

Pernah dan telah seharusnya menjadi sudah

Berjanjilah pada diri mu, ini kali terakhir kau menyakiti mu.

Mimpi Besar Untuk Seorang Anak Kecil

 Dik, yakinkah kamu dengan pilihan mu?

"Yakin bu, mungkin ini alasan ku diturunkan ke bumi"

Dik, tujuan bukanlah pelarian, yakinkah kamu dengan dirimu?

"Yakin bu, doa ku menyertai ku bu"

 Dik, mimpi mu terlalu besar untuk seorang yang kecil

Sedangkan hal kecil seperti di sekitarmu, belum kau selesaikan, ibu khawatir, rumah mu rapuh, diri mu belum utuh, bagaimana jika semuanya runtuh?

"Aku selalu percaya, semua hal yang belum bisa ku selesaikan, ku serahkan kepada tuhan, melalui lantunan tiap doa ku"

 

Dik, bukan perihal pinta mu kepada tuhan, ini tentang kesiapan mu ketika ia menjawab doa mu

Perihal semua keinginan mu yang sebenarnya, mandiri atau sekadar berlari?

Dik, manusia seringkali meminta tapi tak mengerti apa yang ia butuhkan

Meminta diberi kekuatan, menyerah saat tengah diuji

Meminta diberi hanya yang baik, kehilangan hal yang kamu percaya itu baik

Meminta diberi ketenangan di dunia yang tak pernah memberi ketentraman, bagaimana bisa?

Dik, kita ini seringkali keliru dalam doa, seringkali tuhan sudah memberimu berlian sedangkan kamu meminta emas atau jauh di bawah itu

Dik, kita ini seringkali berusaha dalam upaya doa, terlalu keras dalam doa mu, hingga lupa untuk berdiam rehat sejenak

"Lantas, bagaimana caranya menepi sejenak bu? sedangkan semuanya masih berantakan tak karuan di sini"

Bersyukur dik, bersyukur atas semua hal yang sudah dan telah kamu miliki, tak selamanya hidup selalu tentang pinta meminta dik, kamu lupa bagian menyimpan, membagi dan mengenang.

 

Selaras dalam permintaan dan kemampuan, berhenti berlari untuk menyadari.

Wednesday, October 19, 2022

Harapan Hanyalah Awal Kematian

Ini sebuah cerita dari rentetan kisah panjang

Dari luka yang merekah

Tangis raung hati yang tak lagi utuh

Dari rumah ke rumah, singgah dan menyinggahi

Siklus yang tak terputus

Harap hanyalah khayal dari kata cinta bermaksud dusta

Menulis sejarah dengan tinta berdarah

 

"Bukankah jika kita menginginkan sesuatu, kita bisa saling mengusahakannya?"

Sampai kapan?

Percaya kepada kata "mungkin akhirnya tak jadi satu, namun bersorai pernah bertemu"

Sampai kapan?

Mengharapkan yang sirna akan terganti

Sampai kapan?

Bertumpu pada tulang belikat yang tak ingin mengikat

Bodoh, seharusnya kamu belajar dari yang "sudah" untuk yang "akan"

 

"Yang ia ingin hanya menetap, itu saja"

Terdengar mudah saat ia percaya

Tertampak sukar saat memekar

Tertindas habis, terkurung mengikis

"Setan! kapan siklus ini terputus?"

 

Memaki diri dalam bentuk puisi

Selama-lamanya ia mencari

Sepanjang itu ia mati

 

Mengaminkan semua doa

Semua pinta yang terucap hanyalah kata yang tak terbalas

Hilang sudah semua percaya dari tiap makna dunia

"Aku hanya memiliki diriku"


Hingga tiba waktu menyapanya

Menghujamkan pisau pada sang hamba

Doa berbalas nyawa

"Aku hanya dimiliki tuhanku"

Tuesday, October 18, 2022

Petualangan Binatang Jalang

Ini bukan puisi

Hanyalah rangkuman kata-kata dari jiwa yang melacurkan diri

Aku, dia, kamu dan mereka apa beda?

Semua bersatu menjadi "kami" kumpulan binatang jalang, terbang berpetualang tanpa kata pulang

Dari yang "sudah" seharusnya menjadi "pernah"

Bukan untuk diulangi namun untuk dipahami

Tidakkah kami seharusnya belajar?

Namun mengapa berujung petaka dari tiap dusta belaka?


Ku ulangi, ini bukan puisi

Hanyalah kata-kata yang membuatmu bertanya atas realita yang hampa

Dari tiap pelacuran makhluk yang ada di semesta

Entah kepada apa, sejatinya kita adalah binatang jalang

Mendamba raga, berharap rasa

Menyembah jiwa, bertunduk pada cinta

Mengira nyata ditemukan fana

 

Memangnya apa yang nyata?

Sebutkan satu hal, cari dari tiap sudut dunia

Tiap hal yang bersembunyi dalam mata

Lantunan kata nada bicara

Hanyalah dusta belaka

Berpetualang lah sejauh mata menempuh

Sampai tiba waktunya ia berkata "pulang, semua sudah usai." 



Friday, September 4, 2020

Aku

Aku adalah pemimpi
Yang berada dalam ilusi
Bahwa aku memiliki seribu alasan untuk pergi

Aku adalah penggurau
Yang kerap kali pergi ke surau
Berharap suatu saat kita akan bertemu

Aku adalah perencana
Yang sedang tertahan bencana
Bermaksud kau tak pernah ada

Aku adalah bentuk satuan
Yang terdiri dari ribuan serpihan
Berjalan menuju tersatukan

Wednesday, September 2, 2020

Tak Hidup

 

Aku mencintai ia yang mati

Yang tak kunjung melepaskan bumi

Seakan dunia terpaut dengan satu poros

Seperti terkekang tak akan pernah lolos


Aku mencintai ia yang mati

Yang selalu menyembunyikan arti

Selalu berpura-pura hampa bagai kanvas


Aku mencintai ia yang mati

Sampai tersadar aku pun tidak abadi





Monday, July 20, 2020

Tentang ia yang kembali


Tak lagi ku menaruh harapan besar kali ini
Separuh ku berikan kepada ia yang kembali
Separuh ku simpan dalam hati
Tuk berjaga jikalau terbelah lagi
Aku masih mempunyai separuh untuk ku beri

Aku bertaruh
Pada langit yang bergemuruh
Bahwa aku akan memberikan separuh
Untuk kau jaga secara utuh

Ku harap kau mampu memahami
Bahwa aku sudah benar-benar luluh
Dan ku berharap agar kau mampu mempelajari
Bahwa kali ini kita tak akan runtuh

Penentu Bagian 1

Lampiaskan amarah mu dalam puisi Maki-maki diri mu dalam bait yang dahulu berarti Mana yang salah, mana yang benar, siapa yang berhak menent...