Monday, June 22, 2020

Harapan dan kenyataan

Bagaikan langkah tegak kaki
Berjalan terus menerus tanpa kenal kata pulang
Raga nampak letih hatinya akan pulih
Wajahnya nampak pelangi namun terbelah dalam hati

Ribuan kata terucap
Tak satu pun yang tertangkap

Tibalah ia dalam diam
Keheningan datang karena kata yang membungkam
Bibir itu lusuh tak nampak lagi kemerahan
Matanya terbelalak tenggelam dalam hujan
Tangannya bergerak menutup mata kesalahan

Akhirnya tubuh itu pun membeku
Sebuah tanda untuk tidak lagi ingin bertemu

Dengan jarak dan waktu
Dengan bintang indah yang memberi harapan semu
Karena ia sadar tak semua harapan berarti membangunkan
Beberapa harapan hanya menghancurkan



No comments:

Post a Comment

Penentu Bagian 1

Lampiaskan amarah mu dalam puisi Maki-maki diri mu dalam bait yang dahulu berarti Mana yang salah, mana yang benar, siapa yang berhak menent...